Sistem Informasi Desa Purwojati
Keberadaan wilayah desa ini sudah ada sejak beberapa ratus tahun yang lalu. Keadaan desa pada saat itu belum menjadi sebuah desa dengan tata pemerintahan. Mengingat jumlah masyarakat yang ada sangat sedikit dan saling berjauhan. Menurut keterangan para tokoh sejarah/sesepuh Desa Purwojati yang sekarang masih hidup, bahwa wilayah desa ini mulanya dikenal dengan nama Alas Wilaka atau Pengalasan karena keadaan wilayah ini masih ditumbuhi ilalang dan tampak seperti hutan/alas.
Nama pengalasan inipun dimulai sejak adanya kepemimpinan di wilayah Desa ini, yakni pada saat wilayah ini dipimpin oleh WIRYANOM yang menjabat sejak tahun 1800 M. dan pada tahun 1809 tampuk kepemimpinan dipegang oleh KRAMADIWIRYA I yang menjabat selama 30 tahun mulai dari tahun 1809 s/d 1839. Pada periode inilah kita mengenal adanya perang Dipoegoro pada tahun 1825-1830. Awal kekebaradaan nama Desa Purwojati diawali dengan adanya perang diponegoro, dimana beberapa orang pasukan yang terdesak menyelamatkan diri ke gunung-gunung/alas. Termasuk sebagai tempat persembunyian mereka adalah di wilayah Desa Purwojati yang saat itu dikenal dengan wilayah Alas Wilaka/Pengalasan.
Sebagian dari mereka yang dikenal adalah CANDRA MENGGALA dan SURA MENGGALA. Dalam pelarianya salah seorang dari mereka membawa tongkat berupa kayu jati yang tadinya digunakan untuk peralatan tempur seadanya. Karena belum banyaknya penduduk dan sebagian besar masih berupa padang ilalang, selama dalam persembunyianya kedua orang ini mencari tempat yang akan digunakan untuk berteduh/beristirahat. Dicarilah tempat dengan cara membuka lahan yang banyak ditumbuhi rumput/ilalang dan dipilihlah tempat disekitar sungai kemojing. Setelah tempat tersebut dibersihkan, maka didirikanlah sebuah gubug dengan perlengkapan seadanya dan untuk pembatas pintu pagar beliau menancapkan tongkat yang dibawa pada saat melarikan diri dari perang.
Hari berganti hari bulan berganti bulan kehidupan di wilayah ini semakin mulai meningkat dan pendudukpun semakin bertambah. Sejalan dengan itu, tongkat kayu jati yang tertancap sebagai pintu pagarpun mulai menunjukan keanehan yakni semakin hari mulai tumbuh daun dan semakin subur. Melihat kejadian ini, maka pada suatu ketika diceritakan kepada warga sekitar. Dan dari perbincangan warga, maka mereka ingin untuk berkumpul dengan warga sekitar yang ada di wilayah ini.
Pada suatu hari yang telah ditentukan, maka merekapun berkumpul ditempat kedua orang tersebut di atas sambil melihat keanehan yang terjadi. Dari pertemuan itu munculah gagasan untuk menandai wilayah ini dengan nama yang pada saat itu belum dimiliki karena pengalasan/alas wilaka hanya sebatas julukan. Maka dengan dipimpin oleh SUTADIRANA (keturunan dari CANDRA MENGGALA) mereka mencari nama yang tepat untuk wilayah ini. beberapa nama telah diajukan namun belum ada yang disepakati dan pada akhirnya salah seorang memunculkan nama Purwojati.
Setelah muncul nama tersebut maka warga yang berkumpulpun merenungkan dan akhirnya sepakat dan menerima nama tersebut untuk menandai wilayah ini. sehingga sejak ± tahun 1835 di bawah kepemimpinan sesepuh desa KRAMADIWIRYA II, desa ini resmi diberi nama desa “PURWOJATI“ yang berarti Purwo = Kawitan / yang pertama dan Jati = Pohon Jati. Jadi Purwojati mempunyai makna Pohon Jati yang Pertama. Namun demikian ada sebagian tokoh masyarakat yang menyebut nama Purajati yang memiliki arti Pura berasal dari Gapura/Pagar pintu masuk dan Jati = Pohon jati, Jadi Purajati adalah Gapura dari pohon jati yang ditancapkan di halaman pintu masuk.